Cerita Naga Padoha

Pada masyarakat Batak Tua meyakini bahwa Alam Raya Semesta (Alrase) dikuasai oleh tiga kekuatan pada tiga alam yang berbeda yang disebut
Banua Ginjang (Surga-Kayangan),
Banua Tonga (Alam Realita),
Banua Toru (Alam Percobaan dan Penderitaan).

Tuhan Pencipta Alam Raya Semesta yang disebut dengan Nama Mulajadi Nabolon mewenangkan penguasaan ke tiga Banua tersebut kepada 3 Dewa Penguasa yang masing-masing disebut Dewa Batara Guru yang berkuasa atas Banua Ginjang, Dewa Mangala Sori yang berkuasa atas Banua Tonga, dan Dewa Mangala Bulan yang berkuasa atas Banua Toru. Mereka disebut Debata Natolu (Dewa Triniti) dan bersinggasana di Kayangan.
Dari kerajaannya di Kayangan, mereka masing-masing mengutus berbagai dewa-dewa ke bumi yang menjadi raja atas apa yang berkaitan dengan kehidupan manusia. Sebut saja Dewa Mangala Bulan mengutus dewa dan dewi yang menguasai tanah dan air, termasuk dewa pengacau kehidupan manusia yang ditempatkan di dalam bumi.
Dewa yang menguasai tanah untuk kesuburan bernama Boraspati, Dewi yang menguasai air bernama Siniang Naga, dan Dewa yang mengacau kehidupan manusia apabila sudah keluar dari tatanan kearifan-hidup adalah bernama Naga Padoha dan lebih lazim digelari sebagai Raja Padoha.
Dalam Agama Batak Tua diriwayatkan bahwa pada masa penciptaan Alrase banyak dewa dan dewi dari Kayangan diperintahkan oleh Mulajadi Nabolon untuk membentuk segala benda-benda langit (Belangit) di Alrase.
Tersebutlah satu dewi bernama Deak Parujar, putri dari Batara Guru turun ke bumi yang pada awalnya bumi seluruhnya masih diselimuti oleh air. Deak Parujar berhasil menjadikan daratan di bumi melalui pemintalan benang menjadi ulos dan kemudian menggelarnya menjadi daratan tempatnya berkuasa. Atas ijin dari Mulajadi Nabolon maka bumi dipenuhi oleh tumbuh tumbuhan dan mahluk hidup yang menyenangkan hati Deak Parujar.

Tiba saatnya bagi Mulajadi Nabolon mengijinkan Mangala Bulan untuk mengutus anaknya bernama Odapodap yang tubuhnya berbentuk mirip Komodo (ILIK) menjumpai Deak Parujar agar menjadi istrinya untuk menguasai Bumi.
Singkat cerita bahwa mereka menjadi suami istri di bumi yang kemudian melahirkan keturunan yaitu sepasang manusia setengah dewa bernama Ihat Manisia (Laki-laki) dan Itam Manisia (Perempuan) dan menjadi pasangan yang melahirkan manusia Batak dan menjadi berbagai bangsa-bangsa di seluruh dunia. (Manusia Batak berasal muasal dari Kayangan, bukan dari tanah.)
Sejak awal pekerjaan Deak Parujar menciptakan daratan bahwa atas seijin Mulajadi Nabolon, Mangala Bulan telah mengutus satu dewa Nagapadoha dari Kayangan untuk turun ke bumi dengan maksud mengusik pekerjaan Deak Parujar agar dia selalu ingat janjinya kepada Mulajadi Nabolon untuk bersedia dinikahi oleh anak Mangala Bulan bernama Odapodap yang buruk rupa mirip Komodo, karena Mulajadi Nabolon sudah mentitahkan kepada Dewa Triniti bahwa diantara keturunan mereka harus saling kawin-mengawini secara silang, yang kemudian diterapkan di bumi oleh keturunan manusia (Batak) dikenal sebagai Dalihan Natolu.
Gangguan yang selalu dilakukan oleh Naga Padoha kepada Deak Parujar pada awal penciptaan daratan membuat Deak Parujar murka dan berhasil mengikat Naga Padoha sehingga tidak bergerak lagi, karena apabila Naga Padoha bergerak maka daratan yang sedang diciptakan oleh Deak Parujar akan berguncang dan longsor. Sejak saat itu Naga Padoha tidak lagi leluasa mengganggu Deak Parujar.
Tetapi apabila Deak Parujar lupa akan janjinya, sementara Naga Padoha memang diutus untuk mengingatkan Deak Parujar agar selalu sadar bahwa dia adalah mahluk Kayangan dan bukan di bumi tempatnya, maka Naga Padoha menggeliatkan badannya maka bumi ikut berguncang.


Sumber : rothua pardede

Related Posts:

Disqus Comments
© 2017 Bangso Batak - Template Created by goomsite - Proudly powered by Blogger